إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Bukan Dzulhijjah merupakan bulan terakhir pada penanggalan kalender Hijriah. Bulan ini termasuk dalam salah satu dari empat bulan-bulan yang dimuliakan (asyhurul hurum). Terdapat dua momentum besar bagi umat Islam di dalam bulan Dzulhijjah, yaitu dilaksanakannya ibadah haji dan hari raya Idul Adha.
‘Asyru Dzilhijjah
Banyak sekali kemuliaan yang terdapat dalam bulan Dzulhijjah sehingga sangat pantas bulan ini termasuk asyhurul hurum. Dalam kitab Durrotun Nasihin dijelaskan bahwa sebagian ulama berpendapat tentang orang-orang yang berpuasa di 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah maka akan mendapatkan 10 kemuliaan. Yaitu barokah umurnya, bertambah hartanya, terjaga keluarganya, dihapuskan dosa-dosanya, dilipatgandakan kebaikan yang dilakukannya, dimudahkan saat kematiannya, penerang dalam kubur, memperberat timbangan amalnya, selamat dari jalan saat di padang ma’syar, dan dinaikkan derajatnya.
Imam Bukhori menjelaskan dalam kitabnya Shohih al-Bukhori yang diriwaytkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Bersabda :
ما من أيام العمل الصالح فيها أحب الى الله من هذه الأيام يعنى أيام العشر قالوا يا رسول الله و لا الجهاد في سبيل الله قال و لا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه و ماله فلم يرجع من ذالك بشيء
Artinya : Tiada hari dimana amal sholih di dalamnya lebih Allah cintai melebihi hari-hari ini. Rasulullah menghendaki 10 hari awal bulan Dzulhijjah. Lalu para sahabat bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Rasulullah menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun. (HR. Bukhori)
Hadits ini menunjukkan bahwa pada sepuluh hari tersebut semua amal yang dilakukan oleh umat Islam pahalanya melebihi pahala jihad fi sabilillah.
Dalam kitab Durrotun Nasihin disebutkan bahwa puasa yang dilakukan pada hari-hari tersebut pahalanya seperti puasa selama satu tahun dan beribadah pada malam hari (qiyamul lalil) pada hari tersebut seperti halnya beribadah pada malam-malam lailatul qodar.
ما من أيام أحب ال الله أن يعبد فيها من عشر ذى الحجة يعدل صوم كل يوم منها صيام سنة قيام كل ليلة منها قيام ليلة القدر
Artinya : Tiada hari dimana Allah senang disembah selain sepuluh hari bulan Dzulhijjah yang mana puasa pada hari-hari tersebut sama seperti puasa selama satu tahun dan beribadah di malam hari (qiyamul lail) di hari-hari tersebut sama seperti qiyamu lailatil qodar (beribadah pada malam lailatul qodar). (Durrotun Nasihin)
Keterangan diatas menunjukkan bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan hari-hari lain di bulan Dzulhijjah. Dalam hari-hari tersebut hendaknya umat Islam memperbanyak ibadah dan dzikirnya karena balasan atau pahala yang akan diperoleh akan dilipatgandakan.
Dalam sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah juga terdapat 2 hari khusus yang mana sangat disunnahkan untuk berpuasa di hari tersebut. Yaitu tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah atau yang disebut dengan yaum tarwiyyah dan yaum arafah, dan pada puncaknya yaitu tanggal 10 Dzulhijjah (yaum an-nahr) umat Islam melaksakan hari raya ‘Idul ‘Adha atau hari raya Qurban, yang mana pada hari tersebut tidak diperbolehkan berpuasa namun umat Islam dianjurkan untuk berqurban dan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.
Yaum ‘Tarwiyyah dan Yaum ‘Arafah
Pada dua hari tersebut, tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa. Puasa pada tanggal 8 atau biasa disebut puasa tarwiyyah disunnahkan dengan dasar hadits yang berbunyi :
صوم يوم التروية كفارة سنة وصوم يوم عرفة كفارة سنتين
Artinya : Puasa pada hari tarwiyyah dapat menghapus dosa satu tahun dan puasa hari arafah dapat menghapus dosa dua tahun.
Menurut Imam Ibnu Jauzi, hadits ini terbilang dhoif karena kurang kuat riwayatnya, akan tetapi menurut pandangan muhadditsin hadits dhoif boleh digunakan selama untuk fadhoil al-amal (untuk memperoleh keutamaan). Dalam kitab Mugni al-Muhtaj, kesunnahan puasa tarwiyyah diperuntukkan untuk orang yang berhaji maupun tidak.
Disebutkan dalam kitab Busyra al-Karim bahwa puasa tarwiyyah merupakan bentuk iktiyyat (hati-hati) terhadap puasa Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Sementara itu, puasa arafah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah terdapat hadis yang jelas terkait kesunnahannya, yaitu tercantum dalam kitab Shohih Muslim yang berbunyi :
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله و السنة التي بعده …. الحديث (رواه مسلم)
Artinya : Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang (HR. Muslim)
Begitu istimewanya puasa Arafah sehingga bagi siapapun yang berpuasa pada hari tersebut maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya tahun lalu dan tahun yang akan datang. Dihapuskannya dosa selama dua tahun ini dikarenakan puasa ‘Arafah khusus diperuntukkan kepada umat Nabi Muhammad SAW. (Mughni al-Muhtaj)
Yaum an-Nahr
Yaum an-Nahr merupakan puncak dari sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Pada hari ini umat Islam merayakan momentun yang luar biasa yaitu melaksanakan hari raya ‘Id al-‘Adha. Umat Islam tidak diperbolehkan berpuasa pada hari tersebut, namun disunnahkan untuk berqurban dan memperbanyak mengumandangkan takbir, kalimah thoyyibah, dan syukur kepada Allah SWT.
Menyembelih hewan qurban pada hari tersebut merupakan tindak lanjut dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihi as-salam dan putranya, Nabi Ismail ‘alahi as-salam. Nabi Ibrahim diperintah Allah melalui mimpi untuk menyembelih putranya. Awalnya beliau gundah karena harus mengorbankan anak tercintanya, namun atas dasar ketakwaan kepada Allah beliau memberanikan diri untuk menyampaikan perintah Allah kepada putranya. Tanpa pikir panjang, Nabi Ismail mengiyakan perkataan ayahnya. Singkat cerita, tanggal 10 Dzulhijjah dipilih Nabi Ibrahim untuk melaksakan perintah Allah, yaitu menyembelih Nabi Ismail. Saat Nabi Ismail dibaringkan dan Nabi Ibrahim bersiap untuk menyembelih putranya, pisau yang digunakan untuk menyembelih terpental secara terus menerus dan tiba-tiba malaikat Jibril datang membawa seekor domba untuk dijadikan qurban sebagai pengganti Nabi Ismail. Dari kisah tersebut kemudian setiap tanggal 10 Dzulhijjah dijadikan perayaan hari raya ‘Idul al-‘Adha atau hari raya qurban.
Dari keterangan yang sudah dituturkan, hendaknya semua umat Islam di seluruh penjuru dunia agar senantiasa menghiasi bulan Dzulhijjah ini dengan selalu beramal sholih dan berdzikir kepada Allah SWT.
Oleh : Nizam Muhammad Annas