
Membedah Ketersambungan Sanad: Kajian atas Empat Kategori Hadis Berdasarkan Ittishāl
Dalam ilmu mustholah hadits ada berbagai cara untuk memahami suatu hadits, misalnya memahami hadits untuk mengetahui kualitasnya, mengenal hadits dari kuantitas rawinya, mengetahui suatu hadits itu diterima atau ditolak, dan masih banyak lagi.
Sedangkan dalam kesempatan ini, kita akan belajar cara mengenal jenis-jenis hadits dari sisi ketersambungan sanad (ittishal) itu penting. Ini membantumu menilai apakah sebuah hadits bisa dipercaya atau perlu dikaji lebih dalam.
Mari kita bahas 4 istilah kunci secara visual, ringkas, dan dengan contoh!
- Hadits Muttashil (Bersambung)
Definisi:
Sanad-nya lengkap & bersambung, setiap perawi mendengar langsung dari gurunya.
المتصل هو الحديث الذي اتصل سنده بسماع كل راو من رواته ممن فوقه إلى منتهاه، سواء كان إنتهاؤه له صلى الله عليه وسلم أو للصحابي.
Ciri:
Tidak ada yang terputus dalam rantai periwayatan.
Hukum:
Terkadang shahih, hasan, atau dlaif.
Contoh:
قال البخاري: حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ ، يَقُولُ : سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، … “
Dapat kita lihat bahwa sanad pada hadits diatas hukumnya muttashil, karena setiap rawi mendengar langsung dari guru-gurunya sampai Nabi Muhammad SAW. Hal ini ditegaskan pula oleh Adz-Dzahabi yang memberikan penjelasan bahwa setiap rawi pada sanad hadits ini benar-benar mendengar dari guru-gurunya.
- Hadits Munqathi’ (Terputus Sebagian)
Definisi:
Terdapat 1 perawi atau lebih yang hilang di tengah sanad, namun tidak berurutan.
Dalam al-Manzhumah al-Baiquniyah tertulis:
وكل ما لم يتصل بحال ¤ إسناده منقطع الأوصال
Disamping itu, Sayyid Muhammad al-Maliki juga menjelaskan dalam al-Qawaid al-Asasiyah Fi Ilmi Musthalah al-Hadits:
المنقطع هو الحديث سقط من سنده راو واحد، بشرط أن لا يكون الساقط صحابيًا. سواء كان هذا الراوي الساقط من موضع واحد أو أكثر، فيكون حينئذ منقطعا في موضعين أو ثلاثة أو أكثر. وسواء كان الراوي الساقط في أول السند أو وسطه.
Ciri:
Terputusnya bisa di mana saja (bukan di awal/tengah tertentu).
Hukum:
Salah satu dari macam-macam hadits dhaif.
Contoh:
قال أبو داود في سننه: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مَرْوَانَ الْأَهْوَازِيُّ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ وَأَبُو دَاوُدَ ، عَنِق ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ يَزِيدَ الْهُذَلِيِّ ، عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ “. وَذَلِكَ أَدْنَاهُ، وَإِذَا سَجَدَ فَلْيَقُلْ : ” سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى “. ثَلَاثًا، وَذَلِكَ أَدْنَاهُ.
Imam Abu Dawud menjelaskan bahwa ‘Aun bin Abdullah tidak pernah berjumpa dengan Abdullah bin Mas’ud.
- Hadits Mu’dhal (Terputus Dua atau Lebih Berturut)
Definisi:
Dua atau lebih perawi hilang secara berurutan dalam sanad.
المعضل هو الحديث الذي سقط من سنده اثنان فصاعدا من أي موضع كان، بشرط التوالي والتتابع في الساقطين.
Ciri:
Biasanya terjadi ketika perawi yang jauh menisbatkan langsung ke Nabi, melewati dua atau lebih perawi.
Hukum:
Hadits berstatus dhaif.
Contoh:
قال مالك في الموطأ: بلغني عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” لِلْمَمْلُوكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ بِالْمَعْرُوفِ، وَلَا يُكَلَّفُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا يُطِيقُ “.
Hadits di atas berstatus mu’dlal karena imam Malik tidak menyertakan dua rawi diatasnya. Sedangkan di luar kitab al-Muwatta’, imam Malik meriwayatkan dari Muhammad bin ‘Ajlan dari ayahnya dari Abu Hurairah. Maka dari sini lah terlihat dua rawi yang tidak disertakan imam Malik pada al-Muwatta’.
- Hadits Mursal (Terputus di Tingkat Sahabat)
Definisi:
Tabi’in langsung menyandarkan hadits kepada Nabi tanpa menyebut sahabat.
Dalam bait Nadhom Baiquniyah telah dijelaskan secara ringkas:
ومرسل منه الصحابي سقط
Dan dalam kitab al-Manhal al-Lathif:
هو الحديث الذي رفعه التابعي إلى النبي صلى الله عليه وسلم، أي أن التابعي قال: قال رسول الله.
Ciri:
Putus di ujung sanad antara tabi’in dan Nabi SAW.
Hukum:
- Mayoritas ulama termasuk imam Syafi’i menilai hadits ini dhoif tidak bisa dijadikan hujjah.
- Tapi ada yang mengatakan boleh menjadikan hujjah secara mutlak. Ini adalah pendapat imam Abu Hanifah dan imam Malik.
Contoh:
روى مالك في موطئه: عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” إِنَّ شِدَّةَ الْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ، فَإِذَا اشْتَدَّ الْحَرُّ فَأَبْرِدُوا عَنِ الصَّلَاةِ “.
Ulama menjelaskan bahwa ‘Atha’ bin Yasar adalah tabi’in yang menyandarkan hadits langsung pada Rasulullah SAW.
Refrensi:
- Sayyid Muhammad Alawiy, Al-Manhal Al-Lathif.
- Syamsuddin Ad-Dzahabi, Siyaru A’lami Al-Nubala’.
- Sayyid Muhammad Alawiy, Al-Qawaid Al-Asasiyah Fi Ilmi Al-Mustholah Al-Hadits.
- Imam Al-Baiquniy, Al-Mandhumah Al-Baiquniyah
- Imam Bukhori, Shahih Bukhari
- Sulaiman bin Al-As’ats, Sunan Abi Dawud
- Imam Malik bin Anas, Al-Muwatta’
Penulis: Ahmad Chazim Fikri Aniq, Alumni Ma’had Aly Balekambang Angkatan II

