Tidak dipungkiri di antara kita ada yang diberi karunia Allah rezeki yang cukup. Ada pula yang diberi rezeki yang lebih, bahkan meluber. Masyarakat Indonesia sekarang ini mengistilahkan mereka dengan sebutan “sultan” atau “crazy rich”. Bagi mereka, mensedekahkan hartanya mungkin hal yang tidak sulit. Namun, bagi orang yang berada di bawah garis kemiskinan atau biasa diistilahkan sobat misqueen adalah hal yang tidak mudah.
Lalu, bagaimana solusi bagi orang yang tidak mampu agar ia tetap bisa melaksanakan shadaqah?. Terkait hal ini, imam An-Nawawi di dalam kitab Al-Arbain An-Nawawiyyah pada hadis kedua puluh lima telah menyuguhkan hadis tentang shadaqah tanpa harta sebagai solusinya.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا “أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالْأُجُورِ؛ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ: أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ؟ إنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةً، وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً، وَأَمْرٌ بِمَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ، وَفِيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَيَأْتِيْ أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِيْ حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ، كَانَ لَهُ أَجْرٌ”. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Dzar r.a. juga, “Beberapa sahabat berkata kepada Nabi saw., ‘Wahai Rasulullah, orang-orang kaya itu mengumpulkan banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sementara kami tidak bisa bershadaqah).
Beliau bersabda, ‘Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang bisa kalian sedekahkan?. Sesungguhnya setiap tasbih (subhanallah) adalah shadaqah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah shadaqah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah shadaqah, setiap tahlil (Laa ilaaha illallah) adalah shadaqah, menyeru kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah, dan bersetubuh dengan istri adalah shadaqah.’
Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah jika di antara kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istri) juga mendapatkan pahala?’ Beliau menjawab, ‘Bukankah jika disalurkan pada yang haram, dia berdosa?, maka demikian pula jika disalurkan pada yang halal, dia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)
العمدة |Khoirul Anam